Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Zhodam

September 11, 2001 Inilah Kitab Zho Dam. Zho dalam bahasa Urwun berarti besar, sedangkan Dam berarti darah. Jadi Zho Dam dapat diartikan perjuangan sampai titik darah penghabisan. Karena para pendekar Lanah ahli Shurulkhan itu adalah pejuang juga ulama yang mempertahankan Islam, maka Zho Dam dapat diartikan perjuangan sampai titik darah penghabisan untuk membela Islam (Syahid). Kitab ini ditulis oleh Ahmad Syiharani, seorang pendekar Thifan berdasarkan cerita Sukhu-Sukhu (guru) dan pendekar-pendekar Shurulkhan, maka kitab ini disebut cerita atau hikayat, bukan tarikh/sejarah karena sejarah itu harus berdasarkan pada bukti-bukti dan kesaksikan tentang suatu kejadian pada suatu zaman. Semula kitab ini berbahasa Urwun Cina kemudian diterjemahkan oleh Hang Nandra Abu Bakar (Hulubalang Kerajaan Iskandar Muda) ke dalam bahasa Melayu Kuno kemudian disusun kembali oleh Ibtidain Hamzah Khan, hal itu agar mudah dimengerti oleh Tamid-Tamid (muridmurid) Shurulkhan. Sedangkan susunan cerita masih tetap berdasarkan kitab aslinya. Selain Kitab Zho Dam ini masih ada dua kitab Shurulkhan lainnya, yaitu : Kitab Jurus dan Kitab Pengobatan. Adapun isi yang terkandung dalam kitab ini adalah perkembangan Shurulkhan (Thifan dan Syufu), Nizam-I-Lanah dan kisah perjuangan para Sukhu dan Ahund Shurulkhan, di antaranya kisah Je'nan, Ismet Kitti, Anwar Shin, Timur Latep Baber, Uzair Syun, Nana Fun, Selim Tsepang dan lainnya yang sekilas diceritakan. Adapun arti dari Shurulkhan adalah Siasat Raja-Raja dan Syufu Taesyu Khan artinya Gerakan Raja-Raja dan Thifan Po Khan artinya Pukulan Para Raja/ Bangsawan dari daerah Thurfan. Karena kalimat Thifan berasal dari kalimat Thurfan, yaitu ibu kota Turkistan Timur. Hal ini disebabkan karena Shurulkhan pada waktu itu dikelola oleh Kerajaan Islam dan hanya diperuntukkan untuk kaum muslimin yang mau berjihad menegakkan agama dengan syarat yang sangat selektif, di antaranya tekun mencari ilmu agama juga menetap di suatu lanah sampai waktu tertentu dan mau berda'wah untuk Is- lam, maka tidak asing lagi kalau yang membawa Thifan ke Indonesia adalah tamid-tamid Thifan dari Lanah Thurfan yang menjadi da'i, yaitu pada tahun 1678 M, yang mula-mula masuk melalui daerah Pidi Aceh hingga berhasil masuk ke Kerajaan Iskandar Muda. Lalu menyebar ke Riau, Muko-Muko lalu ke Malaysia dan ke pulau Jawa di daerah Bandung, Jawab Barat. Pada tahun 1960-an Thifan sangat semarak di Bandung karena pada waktu itu ummat Islam mempunyai musuh yaitu PKI, tetapi setelah PKI berhasil ditumpas orang-orang Islam berhenti berlatih. Kemudian pada tahun 1970-an muncullah beladiri-beladiri yang membawa kemaksiatan, bahkan kemusyrikan, maka guru besar Thifan Ustadz Marsedek (Umar Sidik) membuka Lanah Thifan untuk merekrut pemuda muslim agar tidak terjerumus dalam aliran beladiri tersebut, mulai saat itulah Thifan berkembang ke kotakota besar di Jawa Barat, seperti Cirebon, Tasikmalaya, Sukabumi, Cianjur, Bogor, Kuningan, bahkan pada tahun 1980-an Thifan mulai menyebar ke daerah lain, seperti Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, dll. Beladiri Thifan adalah ilmu perkelahian tersendiri dan pecahan dari ilmu Tae Kumfu, Tae berarti dahsyat, hebat, ajaib dan Kumfu atau Kungfu dapat diartikan tekun, silat, tenaga terpusat dan kebaikan, kata Kumfu pengaruh dari bahasa Hindustan Kuno dari kata 'Kamfa' yang sama artinya, lalu bahasa ini terbawa oleh Ponitorm ke benua Cina ketika mendirikan wihara kuil Shaolin. Dan kungfu sudah ada ribuan tahun di benua Cina sebelum Budha/Ponitorm datang dari Hindustan, kemudian disebarkan bersama ajaran Tao dari Lozo dan Kumfusho. Adapun Tae Kumfu yang kita pakai kepanjangan dari bahasa Urwun khusus di lanah-lanah 'Ni Kungfu Moslem Tae Syi Zha Ulagh'. Maka bentuk olah jurus Thifan serumpun dengan Shaolinzi Kungfu tetapi Thifan telah beralih jauh dan bercampur (termodi kasi) dengan beladiri suku Wigu, Kittan, Fatan, Mongol, Saldyuk, dan suku-suku lainnya. Thifan mempunyai keistimewaan tersendiri, seperti dapat menghasilkan daht (tenaga dalam) panas penghangus tubuh dan daht (tenaga dalam) dingin yang dapat meresap sampai ke pangkal tulang. Demikian pengantar yang dapat saya sampaikan, mudaha-mudahan para tamid dapat mengkaji dengan benar dan kami berdoa, semoga buku ini bermanfaat untuk Islam wal Muslimin d dunya wal akhirah. Amin ... Dan kepada penerjemahnya dianugerahi keikhlasan seperti penulis asli buku ini, sehingga tulisan ini dapat abadi sepanjang zaman. Kepadanya kami titipkan pesan, seperti apa yang pernah dinyatakan oleh Al-Ghazaly, "Ma ta 'i syu kita batun yaktubuha ka tibu ha liya'i sya min ha." (Tidak akan hidup suatu tulisan yang penulisannya dilakukan untuk mencari penghidupan). Hamzah Khan, Lc